efek salju

Kamis, 12 Juli 2012

Alarm Sukhoi Terlambat Peringatkan Pilot


 Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum mengungkapkan hasil investigasi atas kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat. Namun, pihak Rusia telah mempublikasikan sejumlah hasil analisis pada insiden yang menewaskan 45 orang itu.

Andrei Kuropyatnikov, Direktur Morsvyazsputni--perusahaan telekomunikasi negara Rusia--mengatakan pesawat yang menghantam Gunung Salak, Jawa Barat, pada 9 Mei 2012 lalu itu hanya dilengkapi satu pemancar sinyal darurat.

"Sesuai aturan internasional, untuk pesawat penumpang harus memiliki dua pemancar sinyal darurat Copas-Sarsat," kata Kuropyatnikov seperti dikutip RIA Novosti, 25 Juni 2012.

Dia mengatakan, menurut standar internasional, ada dua satelit yang memonitor sinyal bahaya yang dipancarkan dari peralatan pesawat. Satu satelit bisa menangkap sinyal darurat dengan frekuensi 121,5 MHz dan lainnya 406 MHz. Sebelumnya, terungkap Sukhoi Superjet 100 hanya menggunakan alat yang memancarkan sinyal dengan frekuensi 121,5 MHz.

Tak hanya itu, ada data lain yang diungkapkan oleh Kuropyatnikov. Dia mengatakan, sistem pesawat itu gagal memberikan peringatan kepada kru secara tepat waktu. Sukhoi nahas itu menabrak gunung hanya delapan detik setelah alarm aktif.

Itu artinya, jarak waktu pengiriman data bahaya dengan reaksi alarm terlalu singkat. Peringatan bahaya datang terlambat. "Menurut standar internasional, data harus dapat diterima dalam waktu 40 detik," katanya. (kd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar